Website counter

Tuesday, July 3, 2012

POLITIK - Bagian Ketiga


Namun, apa yang terjadi ketika kapitalisasi - yang tiga dekade ini masuk dengan serakahnya memakan habis sendi-sendi ekonomi rakyat dan menerjang habis keprihatinan ekonomi rakyat - berdasar  pasal 33 UUD 45 di situ politik ekonomi pasar kapitalis tidak satupun dilawan oleh negara hukum dan mengapa?

Sebab visi sosialisme keadilan dan sosialisme demokratis - yang merupakan buah-buah pemikiran tajam baik dari bung Hatta maupun bung Sjahrir yang anti kapitalistis - sejak tahun 66 dan sejak kita mengubur semua kritik sosialis dalam menghadapi kapitalisme di sana, tidak ada lagi arus yang melawan meraja lelanya kapitalisme serakah.

Fenomena kelima, kemajemukan agama, suku dan golongan yang merupakan pluralitas kekayaan pembentuk ke-indonesiaan. Dalam tiga dekade ini nyaris dipinggirkan oleh politik ketertiban dan keamanan yang menerapkan penyeragaman dan univocitas serta pembungkaman suara kritis hingga yang terjadi paduan suara seragam yang harus bersama-sama didirigeni dan dipimpin untuk tunduk tanpa reserve dan tanpa kritik pada proses politik yang dicabut dari akar-akar rakyat.

Fenomena keenam, ketika proses politik dirampas dari tangan rakyat dan dijadikan politik elite di panggung kepentingan ego baik ego sendiri maupun ego kelompok, maka yang muncul segala-galanya dipolitisasi mulai dari agama, kesenian, hingga kebudayaan. Dengan satu tujuan melayani kepentingan penguasa dan status quo yang ada.

Melihat dan mengukur kenyataan sebagaimana termuat dalam paparan di atas pertanyaan kita dan gugatannya menyimpulkan: sedang sakit apakah proses politik kita? Sedang berada di mana roh kenegarawanan para pendiri RI yang berobsesi berdaulatnya rakyat dan negara hukum sejahtera kini berada?

Sedang dalam keadaan sakit apa, manakala budaya paternalistik feodalistik yang anti demokratik, ternyata lebih kita hidupi lantaran kolusi antara kapitalisme dan politik kepentingan ketertiban serta politik mau mengontrol segalanya, kini secara tata laksana telah membusukkan kelembagaan kita hingga menjadi krisis?

Maukah dengan segala kerendahan hati mengembalikan proses politik di tangan rakyat dengan tata karma hingga sebelum terlambat, kita masih bisa membayar secara mahal perjuangan para pendiri RI, yaitu sebuah masyarakat  yang berkeadilan, majemuk sejahtera dan demokratis?

Sebab ada harga yang beda bayarannya untuk politik kekuasaan yang tanpa etika dan politik sebagai proses konsensus-konsensus rakyat dalam menata hidup bersama demi kesejahteraan orang banyak. 
  
28 Oktober 1996


Ini bagian ketiga dan terakhir, yah.
Masih ada postingan
dan artikel lainnya.
Keep updated!



Note dari penulis :

Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.  


Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.



No comments:

Post a Comment