Oleh karena proses bermasyarakat/bernegara merupakan proses sekaligus,
yaitu proses kultural pembentukan mentalitas sikap kenegarawanan di satu pihak,
dan di pihak lain proses strukturalisasi. Maka, dua proses inilah yang menjadi
ajang sengitnya dinamika bernegara atau berbangsa kita.
Di aras pertama, yaitu sebagai proses kultural, manakala keputusan politik
ekonomi mengambil ekonomisasi sebagai penglima, di sana nilai yang dihidupi
adalah nilai material, pembendaan nilai tukar untung dan rugi.
Herankah kita pada
puncak ekonomisasi dalam wajah amat mencolok yaitu ketika kapitalisme menjadi raja
dan tuan? Penomersatuan kapitalisasi yang dalam sejarah peradaban Eropa (asal
kapitalisme) punya mekanisme pengontrolnya yaitu partai-partai sosialis yang
menekankan pemerataan dan keadilan sebagai ekspresistruktural sosialisme.
Indonesia tidak
memiliki lagi kontrolnya sejak akar-akar sosialisme baik yang dicanangkan Hatta
dalam pasal 33 UUD ‘45 dengan sosialisme ekonomi, maupun Sutan Sjahrir dengan politik sosialisme
demokrat, kini sama sekali terpinggirkan.
Akibatnya,
kapitalisasi merajalela tanpa mekanisme pengawasan dan rem untuk
memanusiawikannya. Herankah kita bila yang paling digusur oleh kapital-kapital besar dan
logika kapitalisasi ini adalah mereka-mereka yang tidak menguntungkan secara
ekonomis?
Rakyat yang tidak
menguntungkan sebagai sumber daya manusia dalam kalkulasi ekonomis rugi akan
digusur terus berikut tanah-tanahnya.
Coba cermati seluruh alasan penggusuran tanah, pemakaiannya serta
istilah-istilah segitiga-segitiga emas pusat belanja dan seterus, dan
seterusnya.
Semuanya adalah kalkulasi ekonomi kapitalis. Siapa lagi yang bisa
berperan sebagai rem atau pengawas kapitalisasi bila sistem kontrol pers yang
kritis, lalu kekuasaan legislatifnya yaitu DPR tidak menyuarakan kritiknya?
Ini baru bagian keempat, yah.
Masih ada lanjutannya,
dalam postingan berikutnya.
Keep in touch!
Note dari penulis :
Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment