Piknik merupakan kegiatan refreshing yang mengasyikkan. Apalagi bersama
dengan orang-orang dekat dengan kita. Baik keluarga maupun tetangga. Dan lebih
asyik lagi kalau pikniknya gratis, alias dibiayai semua-muanya. Tapi, hari gini
piknik dibiayai? Pasti ada udang di balik bakwan. Orang bule bilang, gak ada
makan siang gratis.
Menjelang hari pemungutan suara Pemilukada, undangan untuk piknik bersama
dan gratis kerap datang. Utamanya untuk para ibu-ibu yang enggan berpanas-panas
ria menghadiri kampanye. Hasil perolehan suara model begini juga sepertinya
lebih terjamin dibanding dengan kampanye. Target marketnya jelas dan terukur.
Kotak suara di Kecamatan Kebon Jeruk. |
Di daerah rumah dekat saya, seorang tokoh dari sebuah partai sudah dikenal
oleh lingkungan sekitar setiap kali pemilu maupun pemilukada kerap mengajak
tetangga untuk piknik ke suatu tempat. Gratis, semua dia yang biayai. Tentu
saja yang ikut dipilih yang pro dengan pilihan dia dan bukan massa mengambang.
Para tetangga pun manut dengan pilihan dia. Toh, sudah kenal baik, kerabat dan
sudah menjadi tokoh pula.
Terkait dengan pers release ICW (6/7/12) mengenai
politik uang dalam pemilukada DKI 2012, piknik merupakan salah satu modus
operandi politik uang:
1.
pembagian uang secara langsung,
2. pemberian
ambulans
3. pengobatan
gratis
4. pembagian
doorprize
5. mobilisasi
RT/RW
6. pembagian
uang di majelis taklim dan masjid
7. liburan
dan tamasya gratis
8. bakti
sosial dan pengobatan gratis
9. memanfaatkan
nasabah koperasi
10.Memanfaatkan
gaji untuk RT dan RW
11.Politisasi
birokrasi.
Dalam pers release itu juga disebutkan bahwa Panwaslu DKI Jakarta hanya
menemukan sedikit praktik politik uang sedangkan ICW menemukan 20-an laporan
mengenai praktik politik uang.
Saya sendiri menemukan praktik politik uang dalam bentuk piknik gratis yang
dibiayai oleh seorang tokoh partai yang tinggal tidak jauh dari rumah saya,
seperti cerita pembuka di atas. Pesertanya tentu saja para tetangga saya. Dan mereka dengan senang hati bercerita tentang apa yang dilakukan selama piknik tersebut.
Seharusnya Panwaslu sudah memetakan lokasi tokoh-tokoh partai dan kebiasaan mereka dalam menjaring suara. Dari sana bisa dipantau praktik politik
uang yang (akan) dijalankan.
Saat ini, bahkan modus politik uang bisa lebih canggih lagi. Di Thailand,
handphone berkamera dilarang masuk ke dalam bilik suara, karena ada kemungkinan
si pemilih akan memotret surat suara yang dicoblos sebelum dilipat dan dimasukkan
ke kotak suara. Potret itu merupakan bukti untuk meminta bayaran dari bohirnya.
Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.
Note dari penulis :
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment