Pada aras yang pertama ini pula, ketika politisasi menghalalkan segala
cara dan kenegarawanan makin langka, ketika konflik-konflik kepentingan
diselesaikan oleh pemenangan yang punya kekuasaan dan bukan peradilan yang
adil, disitulah tujuan awal para pendiri RI - yang dengan jelas menyebut republik
artinya milik rakyat dalam cita-cita Indonesia yang majemuk, beradab, terbuka -
mengalami krisis-krisisnya yang bukan
main-main.
Justru karena ekonomisasi menyertakan proses materialisasi atau ‘membendakan’
(semua diperlakukan dan dihargai secara sempit melulu sebagai benda), maka
erosi materialisasi ini menimbulkan krisis religiusitas dan keagamaan yang
secara negatif orang mudah mencari pemecahannya dengan menjadi fanatik dan fundamentalis
agar identitas keagamaannya tidak goncang, maka ia mengeras-ngeraskan diri
untuk tampil legalis, fundamentalis.
Pada aras yang kedua yaitu aras proses strukturalisasi. Sistem atau
struktur atau konstitusi yang semula merupakan hasil kesepakatan rakyat untuk
menata hidup bersama, sehingga tetap hanya sebagai tata sarana yang bisa dan
harus diadaptasi bila tidak membantu hidup bersama, ternyata oleh kekuasaan
monopoli penafsiran dan hegemoni makna dibekukan dalam fasisme konstitusional.
Mereka lupa bahwa konstitusi itu hasil konsensus yang tetap selamanya
terbuka untuk didialogkan perbaikannya. Yang berkepentingan dengan
mengatasnamakan pembenaran konstitusionalisasi - sebagai dalih untuk memenangkan
kepentingan egonya sendiri. Akibatnya, terjadi krisis kepercayaan warga terhadap
cara-cara pemenangan elite kekuasaan dengan kedok ideologi konstitusi.
Berhadapan dengan rimba permasalahan di atas, perlu kita tarik keprihatinan
tajam dan mendalam mengenai proses bermasyarakat kita.
Pertanyaan telak dan gugatan tajam yang menggoncang kita adalah siapakah
sesama warga bangsa kita? Bagaimana relasi kita antar sesama? Dia adalah sesama
manusia dengan hak dan harkat untuk merajut ke-Indonesiaan kita yang beradab,
adil dan majemuk. Manusiawikah ataukah ia adalah tumbal, kambing hitam bahkan musuh
yang harus saya lenyapkan dengan cara apapun?
Ini baru bagian kelima dan terakhir.
Tunggu postingan-postingan
berikutnya, yah.
Keep in touch!
Note dari penulis :
Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment