Website counter

Sunday, July 1, 2012

Merobek wajah sesama sebangsa? - Bagian Dua


Kesadaran sosial dari warga individu bahwa pasti terjadi pembusukan kewenangan dan akumulasi kekuasaaan menggumpal tidak hanya dalam tindakan pembagian kekuasaan (di negara demokratis), tetapi merupakan pengawasan jalannya kekuasaan atau wewenang itu oleh peradilan yang tidak memihak (maka simbolnya adalah dewi keadilan yang membawa timbangan dan mata tertutup, tidak memihak).

Oleh karena pelembagaan mekanisme peradilan yang tidak memihak alias tidak adil itu masih berkemungkinan diperalat atau diselewengkan, maka kesadaran sosial warga demokratis mengambil mekanisme pengawasan dalam apa yang disebut pers, kritik dan hak mengeluarkan pendapat, kritik secara merdeka.

Rumitnya proses bermasyarakat yang berkonsensus membentuk negara muncul karena fakta realitas orang-orangnya yang diandaikan sudah mampu bermentalitas kenegarawanan. 

Atau minimal sadar penuh bahwa politik mengandaikan hormat pada moralitas politik yaitu menghindari politik dagang sapi yang bertujuan menghalalkan segala cara.

Apakah mentalitas purba daulat tuanku, feodalistik yang masih terus bercokol, cocok dengan mekanisme sistem negara demokratis dengan aturan main bernama konstitusi? Kenyataan kita akhir-akhir ini menunjukkan keprihatinan yang mengerikan.

Pun bila mentalitas kenegarawanan dipunyai, tetapi bila pola pikir rasional dalam menafsir secara „fairness“ mengenai apa itu konstitusi dan apa itu AD atau ART, belum mampu mewacanakan secara jernih budi dan bening nurani, di sanapun terjadi adalah silang pendapat hegemoni dan monopoli tafsir yang memenangkan yang punya kuasa dan mengalahkan rakyat lemah atau mereka yang dipinggirkan.  

Itulah sebabnya, pendekatan mentalitas menyodorkan usulan pendidikan nilai dan mentalitas menjadi orang-orang negarawan sebagai solusi atau jalan keluarnya.

Namun, karena pendekatan kultural-mental ini butuh kesabaran dan butuh evolusi pikir serta peradaban, sehingga, makin beradabnya orang dalam kurun waktu yang panjang, maka pendidikan perubahan struktur mengajukan diri untuk solusinya. 
Ini baru bagian kedua, yah.
Masih ada lanjutannya,
dalam postingan berikutnya.
Keep in touch!



Note dari penulis :

Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.  


Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.




No comments:

Post a Comment