Kesadaran sosial dari warga individu bahwa pasti terjadi pembusukan
kewenangan dan akumulasi kekuasaaan menggumpal tidak hanya dalam tindakan
pembagian kekuasaan (di negara demokratis), tetapi merupakan pengawasan jalannya
kekuasaan atau wewenang itu oleh peradilan yang tidak memihak (maka simbolnya
adalah dewi keadilan yang membawa timbangan dan mata tertutup, tidak memihak).
Oleh karena pelembagaan mekanisme peradilan yang tidak memihak alias
tidak adil itu masih berkemungkinan diperalat atau diselewengkan, maka
kesadaran sosial warga demokratis mengambil mekanisme pengawasan dalam apa yang
disebut pers, kritik dan hak mengeluarkan pendapat, kritik secara merdeka.
Rumitnya proses bermasyarakat yang berkonsensus membentuk negara muncul
karena fakta realitas orang-orangnya yang diandaikan sudah mampu bermentalitas
kenegarawanan.
Atau minimal
sadar penuh bahwa politik mengandaikan hormat pada moralitas politik yaitu
menghindari politik dagang sapi yang bertujuan menghalalkan segala cara.
Apakah mentalitas purba daulat tuanku, feodalistik yang masih terus
bercokol, cocok dengan mekanisme sistem negara demokratis dengan aturan main
bernama konstitusi? Kenyataan kita akhir-akhir ini menunjukkan keprihatinan
yang mengerikan.
Pun bila mentalitas kenegarawanan dipunyai, tetapi bila pola pikir rasional
dalam menafsir secara „fairness“ mengenai apa itu konstitusi dan apa itu AD
atau ART, belum mampu mewacanakan secara jernih budi dan bening nurani, di
sanapun terjadi adalah silang pendapat hegemoni dan monopoli tafsir yang
memenangkan yang punya kuasa dan mengalahkan rakyat lemah atau mereka yang dipinggirkan.
Itulah sebabnya, pendekatan mentalitas menyodorkan usulan pendidikan nilai
dan mentalitas menjadi orang-orang negarawan sebagai solusi atau jalan
keluarnya.
Namun, karena pendekatan kultural-mental ini butuh kesabaran dan butuh
evolusi pikir serta peradaban, sehingga, makin beradabnya orang dalam kurun
waktu yang panjang, maka pendidikan perubahan struktur mengajukan diri untuk
solusinya.
Ini baru bagian kedua, yah.
Masih ada lanjutannya,
dalam postingan berikutnya.
Keep in touch!
Note dari penulis :
Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment