Sistem Perwakilan Proporsional yang menggunakan Daftar baik Daftar
Terbuka maupun Daftar Tertutup memungkinkan kandidat perempuan terpilih
dibandingkan sistem pluralitas-mayoritarian. Di seluruh dunia sistem Perwakilan
Proporsional menunjukkan lebih banyak jumlah kandidat wanita yang terpilih daripada
sistem FPTP.
Di tahun 2004, rata-rata jumlah perempuan politisi di parlemen seluruh
dunia 15,2%. Jumlah perempuan politisi
di parlemen yang terpilih karena sistem PR 4,3% lebih tinggi daripada rata-rata
tersebut. Sedangkan perempuan politisi yang terpilih di negara yang menggunakan
sistem FPTP justru 4.1% lebih rendah dari rata-rata.
Dalam dapil berwakil tunggal seperti dalam sistem FPTP, kebanyakan
partai akan memilih kandidat ‘yang paling diterima secara luas’ dan jarang
kandidat tersebut adalah perempuan. Kandidat yang dimaksud adalah laki-laki dan
dari etnis yang berkuasa. Jika memilih perempuan, maka pertimbangan partai
tersebut adalah bahwa perempuan tersebut adalah tokoh atau mempunyai nilai
historis dan kekerabatan dengan politisi yang berkuasa.
Aung San Suu Kyi dari Myanmar, terpilih karena dia putri jenderal Win,
seorang oposan di Myanmar. Semenjak
kemenangannya yang dianulir, ASSK menjadi tokoh yang mendunia, icon dari
Myanmar. Yingluck Sinawatra, perdana menteri Thailand menang dalam pemilu
parlemen 2011 adalah adik dari Thaksin Sinawatra, yang diexil-kan dari
Thailand. Myanmar dan Thailand menggunakan sistem FPTP.
Dalam sistem perwakilan proporsional, partai menggunakan daftar kandidat untuk
„menawarkan“ perempuan politisi kepada publik.
Ada kemungkinan, pemilih akan memilih kandidat perempuan meski dalam
kenyataannya pilihan tersebut lebih kepada pertimbangan politik daripada
masalah gender.
Di Indonesia, perempuan politisi yang terpilih sebagai anggota DPR dan DPRD
kebanyakan adalah perempuan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kepala
daerah atau laki-laki politisi yang berkuasa. Yang mengkhawatirkan adalah
adanya kecenderungan partai merekrut artis untuk mendulang suara.
Pengecualian tentu saja ada, Nurul Arifin dari partai Golkar, berasal dari
kalangan artis yang kemudian direkrut dan dibina oleh Golkar, dan mampu
memainkan peran sebagai perempuan politisi yang handal dan bersuara cukup vokal
dalam rapat-rapat komisi di DPR.
Asiah dari Sulawesi
merupakan anggota DPRD dari partai kecil. Beliau mampu menang karena
kedekatannya dengan masyarakat dan kegiatannya bersentuhan langsung dengan
masyarakat.
Note dari penulis :
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment