Agama dan dan Etika Sosial - Politik :
Memperbincangkan Posisi Agama dalam Negara
oleh Bahtiar Effendy
Oleh sebagian orang, agama sering dipandang sebagai suatu instrument ilahiah untuk memahami dunia. Hal ini didukung oleh suatu penilaian atau keyakinan normatif tentang watak omnipresence agama. Yaitu, bahwa nilai-nilai agama hadir di mana-mana untuk memberikan panduan etis atas segala aspek kehidupan dan perilaku manusia.
Jika ditarik dalam bentuknya yang ekstrim, maka pernyataan seperti ini mengandaikan sifat holistic agama dengan seluruh struktur kehidupan manusia. Karenanya akan menjadi sulit untuk secara ideal type memisahkan agama dari dinamika kehidupan sosial-budaya, ekonomi, maupun politik suatu komunitas manusia.
Pokok bahasan seminar malam ini tentang Agama dan Etika Sosial-Politik secara eksplisit mengakui watak omnipresence dan holistic agama dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Akan tetapi, keniscayaan (bahkan mungkin menjurus kepada sesuatu yang sifatnya imperative) seperti disebutkan di atas bukan tanpa masalah. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa persoalan yang sebenarnya bukan terletak pada sifat holistic agama dalam hubungannya dengan masalah-masalah kemanusiaan atau keduniawian.
Alih-alih, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai episode sejarah (termasuk di Indonesia!), persoalan akan muncul dalam kaitannya dengan artikulasi atau model-model hubungan antara agama dengan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan, kekuasaan, politik atau negara.
Dalam konteks bidang yang sedikit saya ketahui, ketegangan-ketegangan atau antagonism yang sedang atau pernah terjadi antara Islam dan politik di sejumlah negara Islam, lebih disebabkan oleh karena soal artikulasi atau model-model hubungan antara agama dan negara. Dan bukan karena substansi atau ajaran-ajaran agama itu sendiri.
Dalam hal ini, artikulasi atau model-model hubungan yang tidak viable dengan situasi lingkungan dan struktur sosial-kemasyarakatan sebuah negara, hanya akan melahirkan ketegangan dan kecurigaan.
Sintesa yang tidak mudah (uneasy synthesis) antara agama dan politik, agama dan kekuasaan, atau agama dan negara sebagaimana pernah dikonseptualisasikan oleh Leonard Binder dalam melihat pengalaman Pakistan dan sejumlah negara di Timur Tengah, khususnya Mesir, meneguhkan pernyataan di atas.
berlanjut .....
Makalah ini disampaikan pada Seminar Agama dan Etika Politik, diselenggarakan oleh Yayasan Paramadina, Masyarakat Dialog Antar Agama, dan Institut Studi Arus Informasi, di RNI, Jakarta, 27 September 1996
Note dari penulis :
Tertarik ingin punya bisnis sendiri???? Gampang caranya. Add akun Facebook saya yang ada di sebelah kanan atau kiri artikel ini.
Kalau sudah jadi friend saya di Facebook, nanti saya undang ke pertemuan bisnis kami. Tenang, kalau cuma hadir di pertemuan bisnis, gak perlu bayar. Pertemuannya juga online, lewat Facebook. Jadi gak perlu keluar rumah, dan kalau lagi di luar rumah, gak perlu batalin janji. Kan bisa lewat handphone. Asyik, kan. Yuk, gabung yuk.
No comments:
Post a Comment