Website counter

Wednesday, December 25, 2013

Mimpi Singapura lewat Pemandu Wisata

Singapura itu cuma negara setitik, kata Habibie.


Betul, secara geografis negaranya kecil banget. Tapi kenapa negara secuil itu bisa maju? Kenapa bisa punya pengaruh yang kuat, sampai-sampai hampir semua ekspor dan impor Indonesia harus lewat Singapura? Orang Indonesia wajib ke Singapura kalau liburan, di paspornya wajib ada cap Imigrasi Singapura (padahal Imigrasi Singapura kadang-kadang ngecek secara random berapa duit yang dibawa orang Indonesia kalau ke Singapura).

Pertama kali saya mengunjungi Singapura tahun 1994, sewaktu transit sepulang dari Jepang menghadiri Konferensi Mahasiswa Internasional. 

Kata pemandu wisatanya, "Kami dulu malu mengaku jadi orang Singapura. Singapura itu udah miskin, jorok dan gak punya apa-apa untuk dijual, air tergantung dari Malaysia, sayuran tergantung dari Medan. Untung ada Lee Kuan Yew yang visinya maju, biar miskin yang penting punya mimpi. Mimpinya adalah Singapura harus jadi bangsa terdepan minimal di Asia Tenggara. 

Kata LKY, harus dimulai dengan kebersihan, supaya orang mau masuk ke Singapura. Mana mau orang berkunjung ke tempat yang kotor dan jorok. Makanya ada larangan dan denda ini dan itu bagi mereka yang berniat mengotori Singapura. 

Singapura gak punya apa-apa yang bisa dijual, kalau begitu jual jasa saja, yaitu jasa makelar. Itulah sebabnya, orang Singapura kebanyakan bergerak di bidang jasa termasuk jasa makelar. Indonesia saja beli gas dan minyak bumi dari Singapura, padahal produksinya dari Indonesia juga (gak tau dapat logikanya dari mana). 

Supaya maju, orang Singapura mesti pintar. Makanya buat sekolah bagus banyak. Dan sekarang orang Indonesia berbondong-bondong memenuhi sekolah-sekolah di Singapura. Ini kan juga jasa, yaitu jasa pendidikan. Singapura juga bikin Pusat Studi Asia Tenggara. Mau informasi tentang negara-negara Asia Tenggara, Singapura punya. Dan sekarang kalian lihat, ladies and gentlemen, bagaimana Singapura sekarang. Dan kami sekarang bangga mengaku jadi orang Singapura."

No comments:

Post a Comment