Website counter

Sunday, December 8, 2013

Critical Review: Liberalisme dan Islam

Review: http://muslim.or.id/bahasan-utama-2/menelusuri-akar-pemikiran-liberalisme.html


Bacaannya sama, tapi cara penarikan kesimpulannya beda, hasilnya kesimpulan yang berbeda, bahkan berbeda jauh. 

Menurut penulis dalam artikel ini: Dari latar belakang sejarah liberalisme yang telah dipaparkan di atas, kita dapat menilai bahwa liberalisme jelas sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Sejarah kemunculannya yang sangat dipengaruhi oleh situasi sosial-politik dan problem teologi Kristen ketika itu dapat kita jadikan alasan bahwa Islam tidak perlu, dan tidak akan perlu menerima liberalisme. Karena sepanjang sejarahnya, Islam tidak pernah mengalami problem sebagaimana yang dialami oleh agama Kristen. Oleh karena itu, tidak ada alasan mendasar bagi Islam untuk menerima konsep liberalisme dengan semua bentuknya.

Kalau menurut saya, Islam dan Liberalisme justru sejalan. Islam lahir pada saat Arab berada di bawah kegelapan atau jahiliyah. Sama dengan Eropa di masa Abad Pertengahan atau masa gelapnya sejarah Eropa. Liberalisme percaya, bahwa manusia mampu hidup bebas tapi di sisi lain mampu mengendalikan dan nafsunya. Islam pun mengakui hal tersebut. 

Dalam artikel ini, penulis mengutip bahwa salah satu pemikiran Liberalisme adalah gagasan soal kebebasan wanita. Islam sudah lebih dulu membahas kebebasan (hak) kaum wanita. Sebelum ada Islam, kaum wanita di Arab tidak punya hak sama sekali, bahkan hak hidup. Begitu lahir sebagai bayi perempuan, banyak bayi perempuan langsung dikubur hidup-hidup. Setelah Islam, Muhammad melarang praktik ini. Kaum muslimin dan muslimat (wanita) punya posisi yang sama di depan Tuhan, yang membedakan adalah takwanya. Sebelum ada Islam, perempuan dianggap barang, artinya bisa diwariskan. Jaman itu, kalau sang ayah meninggal dan punya beberapa istri, maka anak laki-laki bisa mewarisi ibu tirinya. Islam datang, praktik tersebut dilarang. Perempuan pun kemudian memiliki hak waris yang ditulis dalam Al-Qur'an, surat AnNisa.  

Pemikir Liberalisme kebanyakan ateis. Ya, betul. Mereka ateis dalam artian tidak beragama. Dan agama saat itu di Eropa adalah Kristen. Yang ditolak mereka adalah karena kebanyakan penguasa baik raja maupun agamawan berpraktik yang melanggar apa yang sebenarnya ada di Bible. Yang buta huruf jauh lebih banyak daripada yang bisa baca Bible. Yang bisa baca Bible kemudian memelintirnya untuk kepentingannya sendiri. Sama saja dengan penguasa di negara lain dengan agama apapun. Yang bisa baca (punya pengetahuan) memelintir apa saja untuk kepentingannya. Karena itu, umat harus punya kebebasan untuk dirinya sendiri supaya bisa berpikir dan menentukan nasibnya sendiri. Tidak beragama (tidak mengakui satu agama yang diikutinya), belum tentu dia tidak percaya Tuhan. Insting manusia akan selalu percaya bahwa selalu ada kekuatan lain di luar dirinya. 

Kalau dibilang, kaum liberalis begitu liberalnya, begitu bebas sebebas-bebasnya. Yah enggak juga. Mereka kaum rasional, jadi mereka juga tahu batas-batas di mana kebebasan itu, kebebasan yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. 

No comments:

Post a Comment