Website counter

Thursday, July 4, 2013

Golput (lagi)

Saya cukup heran dengan ajakan Golput untuk pemilu maupun pemilukada.

Di zaman Soeharto, gerakan Golput jelas memiliki arti politis yaitu "pembangkangan terhadap Soeharto yang diktator". Mereka yang bergabung dalam gerakan Golput memahami konsekuensinya yaitu dikejar dan kemungkinan ditangkap. 


Zaman reformasi berarti zaman di mana seharusnya rakyat yang memegang kendali. Setelah 3 kali pemilu nasional dan puluhan hingga ratusan pemilukada, rakyat Indonesia masih tertatih belajar demokrasi.

Makna golput pun sekarang tidak selalu bermakna politis, bisa jadi karena acuh dengan pemilu, dan lebih banyak lagi karena tidak tahu mesti memilih siapa. Apalagi tidak ada paksaan (lagi) untuk pergi ke TPS untuk memberikan suara dan KPU kurang greget dalam memberikan sosialisasi pemilu. Tidak heran, tingkat partisipasi pemilih makin lama makin rendah.

Tidak memilih atau tidak memberikan suara pada hari pemungutan suara merupakan hak politik warga negara Indonesia. Tetapi sayang sekali, jika tidak digunakan terutama karena ketidak tahuan atau tidak mau tahu dengan calon pemimpinnya. Suka atau tidak suka, memilih atau tidak memberikan suara di TPS pada hari H, kita harus menerima calon terpilih, meski menurut kita, orang tersebut tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin versi kita pribadi, karena dia adalah dipilih dengan suara terbanyak. Jika kita tahu seorang calon tidak baik, dan kita membiarkannya dengan tidak ikut memilih calon yang lain, berarti kita TETAP mendukung orang yang tidak baik ini menjadi calon terpilih.

Jadi solusinya apa? Solusinya adalah menjadi pemilih cerdas, pintar dan bertanggung jawab. Anda adalah seorang warga negara yang juga punya tanggung jawab terhadap jalannya bangsa ini. Pelajari riwayat hidup caleg yang ada untuk memberikan pilihan. Tidak ada gading yang tak retak. Dan kalau tidak ada calon yang pas dengan anda, kenapa tidak anda mencalonkan diri anda sendiri sebagai pemimpin masyarakat dan bangsa ini? Bukannya menyalahkan dan menunjuk-nunjuk orang lain. Apalagi kemudian mengajak orang untuk golput. Nanti kita akan kembali ke titik awal sebelum mendapat pencerahan tentang pemilu dan demokrasi.

No comments:

Post a Comment