Website counter

Friday, May 18, 2012

Stakeholder Kepemiluan

Untuk mendapatkan laporan yang lengkap dan komprehensif mengenai situasi kepemiluan di sebuah negara, pemantau pemilu harus melakukan wawancara dengan para stake holder kepemiluan di wilayah atau negara tersebut untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

Selama observasi pemilu, banyak orang yang harus atau sebaiknya pemantau pemilu wawancarai. Para stake holder kepemiluan tersebut adalah :
  • Pegawai Komisi Pemilihan Umum di level provinsi hingga level lokal. Di Indonesia, misalnya pejabat KPU, KPU Provinsi dan Kabupaten, PPK (level Kecamatan), hingga PPL (Level kelurahan. 
  • Media Massa baik TV, radio, media online dsb, bahkan jika ada radio komunitas, karena mereka memahami wilayah tersebut.
  • Supir, penterjemah dan pengawal keamanan anda. Jika pemantau pemilu ditempatkan di daerah dengan bahasa yang berbeda, pemantau pemilu memerlukan penerjemah. Kita perlu mewawancarai penerjemah dan supir, karena mereka orang lokal jadi lebih memahami politik di wilayah tersebut. Pengawal disediakan kalau pemantau pemilu ditempatkan di daerah konflik atau pasca konflik.
  • Pemilih : Tentu saja, karena merekalah subyek dalam pemilu.  


Saya mewawancarai para pengemudi tuk tuk atau bajaj di kota Batticaloa, provinsi Timur, Sri Lanka.
 Seorang pria yang bertopi kuning adalah partner observer saya dari Chenai, India.

·            Pemilih pemula adalah pemilih yang pertama kali memilih. Biasanya adalah pemilih dengan usia remaja sesuai dengan batasan usia yang berhak memilih. Di Indonesia adalah usia 17 tahun atau pernah menikah (meskipun usianya di bawah 17 tahun). Pemilih pemula lainnya adalah pensiunan TNI/POLRI. Karena ketika masih aktif sebagai TNI/POLRI mereka tidak mendapatkan hak memilih.
·            Pemimpin Agama, mereka memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat.
·            Kandidat dan partai politik, agen partai (tim sukses). Pemantau pemilu harus bersikap netral, tetapi bukan berarti menjauhi atau memusuhi kandidat atau partai politik. Pemantau pemilu perlu mewawancarai mereka untuk mendapatkan informasi mengenai strategi kampanye mereka dan hal-hal lain.
·            Pemantau pemilu lokal lainnya. Di Indonesia ada banyak organisasi pemantau pemilu. Salah satunya adalah KIPP (Komite Independen Pemantau Pemilu) yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Pemantau pemilu di negara lain misalnya, Malaysia (Mafrel, NIEI), Thailand (Poll Watch, P-Net), Philipina (NAMFREL, IPER, PPCRV), Sri Lanka (PAFFREL, CMRV) dll.
·            Pemilih wanita. Wanita biasanya mendapatkan kesulitan atau banyak halangan dalam memberikan suara atau bentuk partisipasi lain dalam pemilu, seperti hadir dalam kampanye.
·            Aktivis dan organisasi Human Rights     
·            Polisi dan Militer
·            Dosen
·            Pekerja (buruh), Petani, nelayan
·            Penduduk dari berbagai kasta dan kelompok minoritas termasuk suku nomaden. Biasanya mereka tidak terlibat dalam pemilu, baik karena mereka tidak mau atau tidak tau atau sengaja tidak dilibatkan.
·            Guru karena biasanya mereka menjadi petugas TPS atau panitia pemilihan umum lainnya.
·            Petugas TPS)

Woww, banyak juga yah yang mesti diwawancara. Apakah waktunya cukup untuk mewawancarai mereka semua. Nah, perlu strategi supaya semuanya bisa terakomodasi dan laporan kita menjadi cukup komprehensif. Postingan berikutnya, yaaa.

Catatan :
  • Penulis adalah Ketua Divisi Hubungan Luar Negeri di Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia.
  • Anggota KIPP sejak 1998 hingga hari ini. 
  • Jika ingin bekerja di rumah, silahkan klik di sini.

No comments:

Post a Comment