Website counter

Tuesday, October 9, 2012

Afghanistan after 2014?


The International Crisis Group has issued recently a report warning that the NATO troop exit in 2014 could be followed by collapse and a civil war. 

ICG atau The International Crisis Group telah menerbitkan sebuah laporan yang memperingatkan bahwa penarikan pasukan NATO dapat diikuti dengan munculnya perang sipil. 

Though the Afghan government dismissed the claims, ICG warns that Afghanistan could be headed towards “a devastating political crisis after 2014.” 

Walaupun pemerintah Afghanistan menolak klaim tersebut, ICG memperingatkan bahwa Afghanistan mungkin akan menghadapi "krisis politik yang menghancurkan pasca 2014." 

The group cites the potential for fraud and vote-rigging in the next election, as well as an unprepared police force and army if adequate preparation for the transition is not taken. The report’s release was released a day after the 11th anniversary of the war in Afghanistan.

ICG mengutip bahaya potensial akan terjadinya kecurangan dan pelanggaran pemilu pada pemilu yang akan datang, seperti juga polisi dan tentara yang belum siap. Laporan tersebut dikeluarkan setelah perayaan 11 tahun selesainya perang di Afghanistan.

Some people think it is good that NATO expels their soldiers from Afghanistan soon, or at least 2014 and let Afghanistan's army guards their own country. 

Sejumlah orang berpendapat, ada baiknya jika NATO menarik mundur pasukannya dari Afghanistan sesegera mungkin dan membiarkan tentara dan polisi Afghanistan menjaga sendiri negara mereka.

I used to be in Afghanistan in 2009 and 2010. I like to be in Afghanistan, and the people there are nice and friendly like Indonesians. I feel at second home. However, I agree with ICG and am pessimistic with that situation regarding that the quality of human resources in Afghanistan.

Sebagai seseorang yang pernah di Afghanistan pada tahun 2009 dan 2010, saya mempunyai pandangan yang serupa dengan ICG. Keramahan orang Afghanistan serupa dengan orang Indonesia, sehingga membuat saya suka berada di Afghanistan. Tetapi kualitas sumber daya manusia Afghanistan meragukan, jika pasukan NATO ditarik secepat itu.

The illiteracy there is so high, only 60% men and 20% women can read and write. The school buildings were empty and the classes open in the open air, sometimes under the tree or in the tents. Not enough book to read. 

Tingkat buta huruf di sana cukup tinggi, hanya 60% pria dan 20% wanita bisa baca tulis. gedung sekolah banyak yang rusak dan kosong. Kelas dibuka di udara terbuka, kadang di bawah pohon atau di dalam tenda. Buku bacaan kurang sekali.

A police who deployed in a poll station in Pule Khumri, Baghlan province, North Afghanistan, 18 September 2010
Even the German troops there who has to train Afghan police gives up. The training should take 3 years, and then reduce into 2 years, reduce many times until only 2 months. What quality we can expect from the very short course like that? How can they protect their own country?

Bahkan Jerman yang bertugas untuk mentraining polisi Afghanistan sepertinya menyerah. Jerman adalah negara yang sangat ketat tradisi pendidikannya. Mereka sudah membuat Lehrplan atau jadwal pengajaran yaitu 3 tahun untuk mendidik dan melatih polisi yang profesional. Tetapi training kemudian di persingkat menjadi 2 tahun, dipersingkat lagi hingga hanya 2 bulan. Kualitas apa yang bisa diharapkan dari polisi yang mengikuti training sesingkat itu? Bagaimana mereka bisa menjaga negaranya sendiri?

I saw young policemen everywhere with long weapons, they are young, 15 or 17 years old. Their eyes reflect fear. They don't hold weapon correctly, no wonder that many victims of bombs were young policemen like those who guarded the gate or front of buildings. They are inexperienced and unskilled. 

Saya melihat banyak polisi muda dengan senjata laras panjang di mana-mana. Mereka masih muda, usia sekitar 15-17 tahun. Mata mereka memancarkan ketakutan. Cara mereka memegang senjata tidak mantap, belum terbiasa dan tidak profesional. Tidak heran jika kebanyakan korban bom adalah polisi yang menjaga di gardu depan, karena mereka belum berpengalaman dan tidak terlatih.

Besides, there are still many warlords who are ready to fight each others.

Selain itu, masih banyak warlords (mujahidin) yang siap bertempur satu sama lain. 

No comments:

Post a Comment