Mereka datang untuk menghadiri deklarasi KJPR atau Koalisi Janda Pendukung Ridwan Kamil - Suswono.
Seperti diketahui, dalam sebuah kampanye, Ridwan Kamil menyebutkan bahwa para janda akan diurus oleh beberapa orang yang disebutkannya. Kebetulan yg disebut adalah bapak-bapak dan berita ini pun diplintir oleh pihak lawan seolah-olah pasangan Rido merendahkan para janda dengan menjadikannya obyek kampanye.
Padahal kampanye tersebut justru untuk memberikan kesadaran bahwa ada elemen bangsa yang selama ini diabaikan kehadirannya oleh masyarakat dan negara.
Ketika seorang suami meninggal, maka anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda. Kita memuliakan anak yatim tapi mengabaikan ibunya yang janda.
Ada kartu yatim yang membantu keperluan anak tersebut. Tetapi belum ada kartu atau tunjangan untuk perempuan yang kehilangan suami yg merupakan tulang punggung keluarga.
Ridwan Kamil justru menyadarkan bahwa negara harusnya memberikan perhatian untuk para janda. Dengan demikian, si ibu tidak lagi menjadi beban anaknya yg mendapat bantuan atau menghapus generasi sandwich di mana si anak harus membantu orang tua.
Kok bisa hal mulia ini dibilang merendahkan para janda, yang di bawah asuhannya ada anak yatim?
Kalimat yang merendahkan janda itu misalnya, "Si A sudah selesai masa iddahnya, tuh." Seolah-olah perempuan yang sudah selesai masa iddah, sudah ngebet ingin dikawini. Atau mencurigai si B yang janda, keluar rumah untuk bekerja untuk menafkahi anak-anaknya, tetapi dituduh dan di-ghibah untuk mencari laki-laki.
Mari cerdas berpikir ketika membaca berita.
Mari cerdas memilih pemimpin Jakarta. Yang sono gak punya program bagus, jadi apa aja ttg Rido diplintir.
Salam,
Pipit Apriani
Ketua Komunitas Maju Bersama
Untuk pemenangan pasangan Ridwan Kamil - Suswono