Website counter

Monday, April 28, 2014

Aburizal Bakrie


Berat untuk menang, meski banyak uang dan bersedia menggelontorkan uang berapapun agar menang dalam pemilu presiden mendatang. Mesin Golkar tidak bekerja dengan baik, karena kader Golkar yang militan sekarang makin sedikit. Bahkan, meski diberi uang dan fasilitas pun, belum tentu mereka akan bekerja. 

Betul kata Prabowo, bahwa mental kader Golkar adalah mental uang. Om saya adalah mantan pengurus DPC Golkar Jakarta Pusat dan mantan anggota DPRD Jakarta tahun 2004-2009, dan saya melihat bagaimana dia dikelilingi kader-kader Golkar yang kalau datang pasti minta uang dengan hanya menyebutkan, "Pak, kemarin waktu kampanye saya bawa orang sekian lho, kemarin sejumlah tetangga saya mencoblos Golkar, lho."

Ditambah lagi dengan kasus lumpur Lapindo yang belum kunjung usai dan memang sulit diselesaikan. Luka penghuni daerah tersebut merupakan luka yang tidak mungkin dihapus oleh rakyat Indonesia, tetapi Bakrie Grup justru lari dari tanggung jawab. Padahal, kalau mereka berniat dan melakukan tanggung jawabnya, meski tidak bisa sepenuhnya, tidak cuma orang Sidoajo saja yang berterima kasih, tapi rakyat Indonesia akan tersentuh. Orang Indonesia adalah orang yang mudah disentuh hatinya dan ketika tersentuh, mereka akan lupa keisengan, dan kelakuan anda. Tapi ARB dan tim suksesnya justru mengabaikan hal itu. Pileg merupakan petunjuk berharga untuk Golkar, jika mereka mau belajar.

Rhoma Irama


Rhoma Irama rupanya tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Keledaipun tak akan terantuk pada batu yang sama. RI terantuk pada tiga batu!!! Batunya memang beda nama dan warna, tapi tetap batu. 

Bergabung dengan PPP dan Golkar, jelas-jelas mereka hanya mau mengambil suara dari pendukung RI. Sekarang RI bergabung dengan PKB yang suaranya anjlok dengan iming-iming dijadikan bacapres. PKB naik, maka RI pun siap-siap ditinggalkan. Kali ini pendukung RI meradang dan mengancam PKB.
 
Tapi semalam mendengar argumen RI yang lemah dalam mempertahankan posisinya sebagai bacapres PKB sebagaimana janji Cak Imin di awal kongsi, bagaimana mungkin Cak Imin mampu mempertahankan dirinya sebagai Bacapres dari "serangan" dan kritik pimpinan dan umat PKB lainnya? Kalau sekarang tidak mampu berargumen, bagaimana RI, jika terpilih sebagai bacapres berargumen menghadapi serangan dari pihak capres lain maupun internal partai? Bagaimana RI, jika terpilih jadi presiden beneran, berargumen dengan berbagai pihak baik dalam negeri dan luar negeri untuk mempertahankan kebijakan yang dibuat pemerintah Indonesia?

Sudahlah bang Haji, saya fans Anda sejak tahun 80-an. Saya lebih suka mendengar lagu-lagu kritik politik sosial Anda yang luar biasa daripada mendengar Anda berargumen politik yang dasarnya lemah sekali.




I am big fans of him since 80-ies. His songs varied from love, religious and politics, social critics songs. However he has bad luck in his political career.

He joined two political parties previously, PPP and Golkar, now he joins PKB. All of them just wanted to use him to get vote from his fans. And they won at least in certain constituencies. Now, PKB would like to leave him, though PKB promised him to be its presidential candidate, once he joined PKB. After PKB won (9% from national vote), PKB left him in uncertainty. He and his winning team are upset and warn PKB. But RI's arguments are so weak to defend his position.

How Muhaimin, the leader of PKB who approached and promised him, can defend him in the front of other PKB leaders and constituents? How Rhoma Irama can defend himself? How Rhoma Irama can defend Indonesia and its policy, once he will be elected as president someday? 

It's better for him just to be a singer, because he is born to be a great singer. Not to be politician.

Jokowi atau Joko Widodo


Jokowi?

Jokowi orang baik, mau bekerja dan bekerja dengan baik. 



Tapi untuk jadi presiden, itu saja gak cukup. Buat saya, popularitas Jokowi yang ada saat ini adalah bubble effect, efek gelembung sabun yang biasa dimainkan anak-anak. Begitu gelembung tersebut lenyap, nothing left



Teknik kampanye tim sukses Jokowi adalah teknik marketing Cina Glodok. Barangnya biasa-biasa saja, tapi kelebihan-kelebihannya dihembus-hembus dan diulang-ulang. Keburukan barang ditutup-tutupi. Yang penting barangnya laku dan gak ada garansi !!!

Memasarkan Jokowi tidak ubahnya memasarkan motor Jialing beberapa waktu lalu. Iklannya gencar, ada juga pembelian di sana sini, tapi gak nutup, sehingga Jialing harus berganti nama dan akhirnya mundur dari Indonesia. 

Kenapa Jokowi menang di pilgub DKI kemarin? Karena Jokowi adalah pilihan yang jauh lebih baik daripada Foke. Karena Jokowi bisa menenangkan gemuruh perasaan warga DKI yang sudah jengkel dengan Foke dan politik dinasti Sutiyoso dan pensiunan tentara di atasnya. Tapi Indonesia bukan hanya Jakarta dan masalah Indonesia jauh lebih kompleks daripada Jakarta. 

Tim sukses Jokowi harus bekerja lebih keras lagi untuk menenangkan dan memenangkan hati pemilih Indonesia. Tapi bukan kampanye saling sikut, kalau itu yang terus dilakukan seperti yang ada saat ini, malah justru bisa jadi bumerang.

Prabowo Subianto

Dari semua nama-nama kandidat presiden yang beredar, intuisi saya mengarah ke Prabowo. Meski dihujani banyak kritik, khususnya dari kalangan aktivis mengenai penculikan aktivis tahun 1998, tapi Prabowo yang paling punya peluang terpilih jadi presiden. 

Pertama, dia adalah pensiunan tentara. Dalam sejarah kepresidenan Indonesia, salah satu syarat jadi presiden adalah harus dari militer. Ketika sipil yang menjadi presiden (Habibie, Gus Dur, dan Mega), tentara (dan polisi) tidak tenang. Sewaktu Gus Dur terpilih jadi presiden tahun 1999, saya memperkirakan tentara akan masuk kancah politik Indonesia 10 tahun lagi atau dua kali periode pemilu. Mengingat "kejengkelan memuncak" rakyat Indonesia terhadap Soeharto yang notabene adalah militer. Tapi tahun 2004, tentara tidak sabar menunggu dua periode itu, maka ditaruhlah SBY, pensiunan tentara yang cukup kalem dan bisa diterima sipil.

Kedua, bergabungnya PKS dengan Gerindra. Saya menunggu kemana PKS berkoalisi, baru saya menulis analisis ini, karena jujur saja, PKS pandai 'membaca arah angin'. Siapa yang diperkirakan akan menang, itulah yang didekati PKS. Kalau dalam marketing, PKS meniru Alfamart dan Indomaret, toko mereka kadang tak berjauhan, karena pihak analisis masing-masing punya kemiripan data dan penarikan kesimpulan, dan toh kenyataannya dua-duanya tetap ramai dikunjungi pembeli.

Ketiga, dari diskusi dengan sejumlah teman-teman yang memiliki analisa yang bisa saya percaya, kesimpulan mereka adalah hanya Prabowo yang punya blue print mengenai Indonesia dan kebijakan Indonesia di masa mendatang. Prabowo sendiri adalah tentara yang kutu buku dan memiliki perpustakaan pribadi mengenai militer terlengkap di Indonesia. Jadi kalau blue print itu ada, itu adalah hasil pemikirannya.

Dalam hal blue print atau penyebutan visi misi, Jokowi masih mengelak. Dugaan saya adalah, karena Jokowi tergantung pada tim suksesnya dan partainya. Kalau perencanaan mereka sudah matang, baru Jokowi akan mengemukakannya ke publik.

Balik lagi ke masalah intuisi. Oktober 2010 saya ke Solo, dan intuisi saya mengatakan bahwa Jokowi akan ke Jakarta. Setelah terpilih jadi Gubernur DKI, saya mencari-cari intuisi, mungkinkah Jokowi menjadi presiden RI? Saya tidak mendapatkannya hingga hari ini. Jadi saya harus memakai logika saya.

Saya paham kegalauan Megawati dalam menentukan Jokowi sebagai capres dari PDI-P dan sekarang menentukan cawapres bagi Jokowi. Pasangan Jokowi-JK adalah sesuatu yang tidak mungkin. JK sudah tidak punya "pulung" sebagai cawapres. Sebagai negarawan dan bapak bangsa, ya. Jika tetap terjadi, Jokowi-JK adalah sipil, dan artinya militer sulit menerimanya.